Senin, 04 Agustus 2014

Resensi My Melodious Melbourne: Cinta dalam Sebentuk Melodi


IDENTITAS BUKU

Judul                          :    My Melodious Melbourne
Penulis                       :    Nisa’ Maulan Shofa
Penerbit                     :     Senja (DIVA Press)
Editor                         :     Vita Brevis
Desainer Cover         :     Ferdika
Cetakan Pertama       :     Mei 2014
Tebal                         :     235 halaman
ISBN                        :     978-602-279-098-3



Apakah setiap orang ditakdirkan untuk mengalami kepahitan? Siapa yang mau memilih hidup terdampar di negeri asing dengan takdir yang seakan tak memihak?

Kenzie, lelaki 23 tahun,  tak punya pilihan selain tinggal bersama neneknya di Melbourne karena merasa tertekan dengan kehidupannya di London. Perceraian orangtua dan pengkhianatan kekasihnya membuatnya pergi—melarikan diri dari kenyataan. Nenek yang dipanggil Grandma, bersikap overprotektif pada Kenzie. Apalagi dengan munculnya seorang gadis aneh bernama Nevaeh, Kenzie semakin merasa frustrasi. Grandma memperlakukan Nevaeh yang bekerja di butiknya dengan penuh kasih sayang melebihi cucunya sendiri. Memangnya siapa Nevaeh?

Suatu ketika Nevaeh memainkan harmonika di jalanan Melbourne. Tanpa disadarinya, Kenzie menikmati permainan musik Nevaeh dan merasa takjub mendapati gadis itu bisa memainkan alat musik dengan indah.
Nevaeh mempunyai sisi kehidupan tersendiri yang tak diketahui Kenzie. Dan kisah hidupnya berhubungan erat  dengan rahasia yang selama ini disimpan Grandma. 

My Melodious Melbourne adalah novel kedua dari penulis yang masih sangat muda, Nisa’ Maulan Shofa yang akrab disapa Nisa. Meskipun ditulis oleh penulis Indonesia, sebagian gaya bahasanya terasa seperti novel terjemahan. Novel ini disampaikan dengan bahasa yang renyah. Kalimatnya yang pendek-pendek membuat kisah yang dituturkannya terasa dinamis dan seru. Kisah kehidupan Kenzie dan Nevaeh ini membuat penasaran karena ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab hingga saya terus melanjutkan membaca hingga bab terakhir (meskipun membacanya secara bertahap karena terbentur kesibukan lain :D). Ceritanya logis dan sangat bisa dinikmati. Pembaca tak perlu mengerutkan kening dengan alur yang susah diikuti karena My Melodious Melbourne menggunakan alur maju yang sistematis. 

Mengenai karakter tokohnya, saya suka dengan karakter Nevaeh. Ceria, lincah, tulus, dan tabah. Penggambaran Nevaeh dalam novel sebagai remaja 16 tahun, saya rasa sudah pas. Namun, mengenai sosok Kenzie, saya melihatnya sebagai tokoh yang kurang dewasa untuk lelaki Eropa seusianya, karena pada umumnya, mereka lebih mature dalam bersikap dan mengambil keputusan pada usia itu. Tapi mungkin penulis memang ingin menciptakan karakter Kenzie yang kekanak-kanakan. Sah-sah saja, sih. Hehehe... 

Satu hal yang membuat saya bergumam sendiri adalah saat memperhatikan desain cover-nya setelah selesai membaca novel ini. Mengapa menggunakan gambar kaset tape untuk tampilan cover? Menurut saya, gambar harmonika lebih sesuai untuk mengilustrasikan awal rasa cinta Kenzie kepada Nevaeh. Terlepas dari itu, cover My Melodious Melbourne ini cukup bagus. :)

Novel ini cocok dibaca untuk kalangan remaja dan dewasa awal. Saya beri rating 3,25 untuk My Melodious Melbourne (*3,25? Kayak IP aja :D LOL). Peace, Nisa... :D

Selamat membaca! :)

Sabtu, 02 Agustus 2014

Membidik Bintang



Telah terbit buku antologi dari komunitas penulis Narata Karia.
Judul                           :    Membidik Bintang
Penulis                        :    Komunitas Penulis Narata Karia
Penerbit                      :     CV Narata Karia
Cetakan Pertama        :     Juli  2014
Tebal                          :     184 halaman
ISBN                         :     978-602-70689-0-2
Harga                         :     Rp35.000,00
               
Daftar Isi:
1.       Tak Berpaling oleh Sukhi Sinugata
2.       Kaitara oleh Rayya Tasanee
3.       Titipan Mimpi oleh Gunarti Yulfani
4.       Capuccino Rasa Mocca oleh Setya Ai Widi
5.       Elena oleh Intan Piermat
6.       Drummer Dreamer oleh Aditya Meilia
7.       Cute Pao oleh Tarom Ahmad
8.       Lukisan Terakhir oleh Nurina Elfa Putri
9.       Elang Penyanyi oleh Sukhi Sinugata
10.   Perjalanan oleh Ken Hanggara
11.   Arah Angin oleh Hendar Nur



Sinopsis:
                Membidik Bintang adalah kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh sepuluh penulis muda, yang tak sedikit mengambil kisah hidup sendiri ataupun orang-orang di sekitar sebagai inspirasi. Di samping itu ada pula cerpen yang merupakan hasil rekaan murni. Sebelas cerpen dalam kumpulan ini merupakan gambaran dari proses-proses menuju aktualisasi diri melalui karir dan pekerjaan, beserta masalah yang meliputinya. Mengamati setiap proses ini, kita akan mendapati fakta bahwa hampir tidak ada rumus baku yang tunggal untuk bisa diterapkan pada setiap individu guna menuju aktualisasi dirinya. Masing-masing akan memiliki jalan dan bentuk capaiannya sendiri. Sehingga pemaparan kisah yang beragam ini dapat menjadi cerminan akan kemajemukan hidup manusia.
                Membidik Bintang adalah menatap kerlip peluang yang berhamburan di kejauhan, yang sering kali harus diraih dengan susah payah. Namun sesekali ada juga yang luruh ke bumi untuk menjemput orang-orang terpilih, ada pula yang menjauh hilang di belantara galaksi dan tak tertemukan lagi.

Selasa, 25 Maret 2014

Sembilan Sembilan Kosong


#Antologi990 sudah terbit dan beredar di toko buku lhooo :D

Judul: Sembilan Sembilan Kosong (teka-teki untuk cinta)
Penulis : Rayya Tasanee dkk
Penerbit : de TEENS (DIVA Press)
ISBN: 978-602-7968-40-0
Cetakan I : Februari 2014
Ukuran : 13 x 19 cm
Tebal : 276 hlm
Harga : Rp 40.000,00

Buku #Antologi990 berisi 13 cerpen dari para juara #LombaCerpenDuetUnsa dengan satu benang merah, yaitu “Cara Indah Tuhan Menghadirkan Cinta”.

Daftar Isi:
1.       Sembilan Sembilan Kosong – Rayya Tasanee & Tarom Ahmad
2.       A-ha! – Uni Dzalika & Chicko Handoyo
3.       Blossom in January – Artie Ahmad & Ken Hanggara
4.       Cerita Dalam Mata – Adi Nugroho & Yetik Afriana
5.       Firasatku – Sayfullan dan Risma
6.       Kyle Land – Evi Sudarwanto & Aleh Putra Agung
7.       Lluvia – Isna Romadhoni Putri & M. Arif Rizaldy
8.       Mr. Jones dan Princess Kos-kosan – Ratna Shun Yzc & Justang
9.       Rendezvous – Wirasatriaji & Iruka
10.   Surat dari Sani – Damu Kira & Imam Nurdihanto
11.   Tiga – Paramitha SBU & Hendrawan Laksono
12.   Two Cups of a Story – Shi dan aR
13.   Cinta Dua Titik – Endik Koeswoyo dan Putri Nur Anggraini



Mari kita intip apa saja yang tertuang di dalam #Antologi990 ...  ;)

Aku tidak tahu apakah perbedaan yang membatasi arti dari patah hati dan sakit hati. Keduanya pernah kurasakan dalam waktu yang bersamaan. Ataukah mungkin kedua hal itu adalah satu? Sama? (“Sembilan Sembilan Kosong”, hlm. 6)

Kita tak perlu terburu-buru. Akan ada waktu yang tepat untuk bertemu. Namun jika ingin cepat menemuiku. Tunggulah sampai jarum jam tersenyum sempurna. (“A-ha!”, hlm. 39)

Aku mulai mengerti alasan tentang sesuatu yang orang sebut dengan takdir. Ternyata, bentuk takdir itu sederhana dan selalu berubah-ubah. (“Blossom in January”, hlm. 60)

Tentang mata kesepian. Tentang hangat dan sakit yang muncul tanpa pernah bisa ditentang. Tentang Mika dan hidupnya. Dan hatinya. (“Cerita Dalam Mata”, hlm. 83)

Berkali-kali aku mengutuk diriku, tentang nasib yang membawaku menjalani kehidupan di dua dimensi ini, mimpi dan kenyataan. (“Firasatku”, hlm. 96)
Bagiku setiap keheningan merupakan titik terang kesadaran. Ya, hanya dengan keheningan aku bisa merasakan segalanya. Ah, lebih tepatnya merasakan segala kemunafikan yang tercipta dari hidup ini. (“Kyle Land”, hlm. 116)

Hujan tak seburuk yang kau kira. Suatu saat nanti, kau akan mengerti apa yang kumaksud. (“Lluvia, hlm. 151)

Badrun kelimpungan untuk dua hal. Pertama, baru kali ini dia dipandangi oleh cewek cantik sedemikian hebohnya. Kedua, dia penasaran kenapa cewek-cewek itu menaruh hormat padanya. Apa maksudnya? Apa ada yang salah dengan dirinya? (“Mr. Jones dan Princess Kos-kosan”, hlm. 160)

Pertemuan, Riva merasa itu adalah kata kunci yang tepat. Itu adalah titik awal, titik alfa ketika ia bisa menikmati senyum Deta dengan bebas. (“Rendezvous”, hlm. 191)

Saat lembayung senja itu muncul, apakah sangat indah? Aku akan senang jika kau memaafkanku atas janji yang kulanggar bulan lalu dan berkenan menemuiku di tempat yang kau bilang istimewa itu. (“Surat dari Sani”, hlm. 206)

Sekarang aku tersudut. Dilema terbesarku saat ini adalah mengaku. Entah orang akan menganggapku apa. (“Tiga”, hlm. 231)

Apa rasa paling manis di seluruh dunia? Orang akan sepakat menjawab: jatuh cinta. Aku pun demikian. Tapi seperti kata Ayah, kita terlalu mendamba rasa manis. Jatuh cinta, ternyata juga ada rasa pahit. Bahkan lebih pahit dari seluruh kopi pahit yang pernah aku minum. (“Two Cups of a Story”, hlm. 237)

Biarkan orang berkata apa. Toh, kita bahagia dengan semua ini, kan? Egy selalu mengatakan kalimat ini. Kami akan membuktikan kalau cinta dalam perbedaan tak selamanya bersifat sengsara. (“Cinta Dua Titik”, hlm. 265)

***
Ingat pepatah lama, guys. Don’t judge a book by its cover. Semua cerpen di #Antologi990 ini menarik untuk dibaca. Bukan sekadar menghadirkan kisah cinta remaja yang klise. Bahkan mungkin, ada kisah di antara cerpen-cerpen unik di #Antologi990 yang pernah terjadi pada kalian. Ehemmm :D

Beli bukunya, rasakan makna cinta di dalamnya!
(^o^’)/

Jumat, 17 Januari 2014

Meniti Pelangi


TELAH TERBIT...
Buku Antologi dari Event Pena Indis “Spirit Hijriah”

Judul Buku : MENITI PELANGI
Genre : Kisah Inspiratif, Puisi dan Essai
Penulis : Nitha Ayesha, Rayya Tasanee, dkk
Penerbit : Pena Indis
ISBN : 978-602-14599-6-6
Tata Letak : Fandy Said
Desain Cover : Fandy Said
Tebal Buku : x + 232 Halaman
Ukuran Buku : 14 X 20 Cm
Harga : Rp.45.000,-

CARA PEMESANAN:

SMS ke No. Hp +6287837601181 (Ukh Nitha)
Dengan format : Judul Buku_Nama_Alamat Lengkap_No HP_Jumlah Pemesanan
Atau melalui pesan fb ke akun Pena Indis (https://facebook.com/pena.indhis)
Atau via Toko Buku Pena Indis Online di www.indhisbook.com

SINOPSIS:

Buku ini berisi tentang kisah perjuangan anak-anak manusia yang dengan segala keterbatasannya, namun bisa meraih kesuksesan dalam hidupnya. Kegigihan, semangat dan kerja keras mereka dalam meraih impian ternyata mampu membawa perubahan besar dalam kehidupan mereka.

Membaca kisah-kisah di dalamnya akan menghadirkan semangat baru dalam diri kita. Membuat kita berani untuk bermimpi besar, dan semakin optimis untuk bisa mewujudkannya. Karena kita yakin ada Allah yang selalu punya keajaiban.

Maka teruslah bermimpi, karena Allah akan memeluk mimpimu, dan membuatnya menjadi nyata.



KONTRIBUTOR:

Rayya Tasanee, Tawita Chan, Reeva Thalib, Nitha Ayesha, A. Raissa, Aldie Borneo, Dian Ambarwati, Jeanne Maloppo, Heri sutrisno, Wahda Khadija Salsabiila, Fandy Said, Nisa Anissa, Alif Rofik, Eqa Rosidah, Naim Muaziroh, Andhy Al-Fatih, Maeyda Prastya, Khanza Aliffia SP, Rusdi El Umar, Juan Martin, Marwati Sholechah, Erni Misran, Manshuri Yusuf , Dzul Iffah, Fajri Maulana, Selendang Fajar, Qothrunnada Raudhah, Udji Kayang, Egi RAF, Hanifah Permatasari, Ika Lubis, Naorin Najwa, Ranita Sinaga, Inueds, Ahmad Syafaat, Liya Hasan, Afriayan Uyar, Umirablue, Alfa Anisa, Luthvey Nurutdinova, Adwa Qaireen, Zilfiera, Karunia Alina, Poetry Sarah, Mukhdariah, Maufiroh Nur Hidayah, Nirmala, Nenny Makmun, Yara Purnama, Titikeke, Dhesie Exca Wathy, Wahyu Endila, Nisaa’ul Firdaus, Melia Galok, Haura Az-Zahidah, Endang Sulastri, Khaira Az Zulf, Pena Hijau Nurani, Tulipia, Ariza Zuhroh, Abdullah Abus, Fauziah Ramadhani, Nazhiera Az-Zahra, Nazhiera Az-Zahra, Maulani, Ranita Ningrum, Sudono Salim, Ika Usfarina, Dini Nurdianti, Dyah Ayu Esce, Hoshiko Kalea Salsabila, Amie Suratmie, Lita Maisyarah Dechy, Wini Rifmawati, Tarom Ahmad, Azmiyati, Nissa Batubara , Rehelmi, dan Luthfia Lathifatul Khuruin Lu'lu'il.

Antologi Kita dan Putih Abu-abu

Buku ini adalah kumpulan cerpen hasil sayembara antologi cerpen “Kita dan Putih Abu-abu yang diadakan secara online dari bulan Juli-Agustus 2013. Dalam buku ini tertuang kisah-kisah yang tulis oleh setiap contributor mengenai kenangan-kenangan masa SMA dahulu.

Bagi kalian yang mau bernostalgia dengan masa putih abu-abu dan ingin tahu isi hati kedua puluh lima penulis Indonesia yang dirangkai dalam mozaik-mozaik indah berbalut dengan sejuta makna, maka bacalah buku ini. Insyallah yang Anda baca akan membawa pelajaran yang berharga untuk kita semua.

So, buy it, and read more!

“Apa yang terkadang terlihat sepele, justru menyadarkan kita akan arti hidup yang sebenarnya.”

Data Buku:
Judul: Kita dan Putih Abu-abu
Penulis: Rusli Akhmad Junaedi, dkk
Tahun terbit: November 2013
Jumlah halaman: 196 halaman
Ukuran: 14,8 x 21 cm
Genre: Remaja
Harga: Rp 40.000 + ongkir
ISBN: 978-602-1615-34-8




Kontributor: 

Rusli Akhmad Junaedi | Rayya Tasanee | Isna Imroatuz Zakiyati | Nurul Istya M. | Jundi Nidaa’ul Fath | Adhafera | Muhammad Hasir | Septian Bayu Perdana | Yunia Fatina | Aryati Dwi Siamiaty | Dewi Apriani | Rafi’il Hani Izam | Esastri Eviawati | Laila Kamilan | Milevia | Andrew Arwind | Arina Nur Permata Ilmi | Kakranita | Irma Rakhma Maulani | Jayanti | M. Fuad Shulkhan Tsania | Trifena Yosepha Robot | Desy Eka Ratnasari | Indah Iswara | Sindi Violinda | Kajsafreja | Erlin Handayani.



======================
TATACARA PEMESANAN:
======================
I. Pemesanan via inbox Facebook:
Silahkan kirim pesan ke inbox Dapur Buku ini, dengan format:
Pesan buku – Judul Buku – Nama Anda – alamat lengkap (termasuk kode pos dan nama kecamatan) – nomor HP Anda - jumlah eksemplar buku yang dipesan
II. Pemesanan via SMS:
Silahkan baca tatacaranya di http://www.dapurbuku.com/tatacara/cara-memesan-buku-via-sms-sistem-manual